Senin, 09 Agustus 2010

SEJARAH TANJUNG BALAI

Kota Tanjungbalai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Luas wilayahnya 60 km² dan penduduk berjumlah 125.000 jiwa. Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara. Jarak tempuh dari Medan sekitar 4 jam.
Kota Tanjungbalai terletak di antara 2° 58' LU dan 99° 48' BT, dengan luas wilayah 60,529 km² (6.052,9 ha), dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Simpang Empat.
Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjungbalai.
Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang.
Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat.
Perjalanan Sultan Aceh, Sultan Iskandar Muda, ke Johor dan Melaka tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari sejarah Tanjungbalai. Dalam perjalanan tersebut, rombongan sultan beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai yang bernama Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah tanjung yang merupakan pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau, tempat sultan bertemu dengan Raja Simargolang, penguasa setempat. Di tempat itu juga Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai balai untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan yang dinamakan Tanjungbalai.Perkampungan ini kelak berkembang menjadi Kesultanan Asahan, yang bermula kira-kira pada abad XVI, pada saat Sultan Abdul Jalil ditabalkan sebagai Sultan Asahan yang pertama dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.Setelah dikuasai Belanda, Kota Tanjungbalai menjadi suatu gemeente berdasarkan Besluit Governeur General tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. no. 284/1917, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di derah Sumatera Timur, termasuk daerah Asahan, seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera ("Lonsum"), dan lain-lain. Kota Tanjungbalai menjadi kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan yang penting artinya bagi lalu-lintas perdagangan Hindia-Belanda.Sejak Kemerdekaan tercatat 13 walikota yang pernah memimpin Kota Tanjungbalai, yaitu :
1. Dt. Edwarsyah Syamsura [ 1956 – 1958 ]
2. Wan Wasmayuddin [ 1958 – 1960 ]
3. Zainal Abidin [ 1960 – 1965 ]
4. Syaiful Alamsyah [ 1965 – 1967 ]
5. Anwar Idris [ 1967 – 1970 ]
6. Patuan Naga Nasution [ 1970 – 1975 ]
7. H. Bahrum Damanik [ 1975 – 1980 ]
8. Drs. H. Ibrahim Gani [ 1980 – 1985 ]
9. Ir. H. Marsyal Hutagalung [ 1985 – 1990 ]
10. H. Bachta Nizar Lubis, SH. [ 1990 – 1995 ]
11. Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe [ 1995 – 2000 ]
12. dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.O.G. dan Mulkan Sinaga (wakil) [ 2000 – 2005 ]
13. dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.O.G. dan Drs. H. Thamrin Munthe, M.Hum. (wakil) [ 2005 – Sekarang]
Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 ha (2km²) menjadi 60km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per km². Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.
Adapun Kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Datuk Bandar
2. Kecamatan Datuk Bandar Timur
3. Kecamatan Tanjungbalai Selatan
4. Kecamatan Tanjungbalai Utara
5. Kecamatan Sei Tualang Raso
6. Kecamatan Teluknibung
Penduduk :
Tanjungbalai yang dalam sejarahnya menjadi kota perdagangan tidak diragukan lagi merupakan kota multietnik. Berbagai suku bangsa bercampur di sini: Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Nias, dan Tionghoa adalah sebagian dari etnik yang bermukim di kota ini.
Setiap tahunn, pada akhir tahun, diadakan “Pesta Kerang” di Tanjungbalai guna memperingati Hari Ulang Tahun Kota Tanjungbalai. Kota ini dijuluki "Kota Kerang".Kota ini juga memiliki jembatan panjang yang melintasi Sungai Asahan.Tanjungbalai pernah menerima Anugerah Adipura untuk kota terbersih se-Indonesia pada tahun 2008.
Dikutip dari Wikipedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan komentar anda yang bersifat membangun dan mendidik.